Selamat Datang di Blog ini, sebagai sarana silaturahmi, berbagi informasi dan Ilmu

Sabtu, 20 September 2014

Kendalikan Diabetes Mu !!!

0 komentar

Diabetes Mellitus adalah penyakit menahun yang timbul pada seseorang disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula atau glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Di Indonesia ada bermacam-macam jenis DM, yang paling banyak ditemukan adalah DM tipe 2. Menurut survei yang di lakukan oleh International Diabetes Federation  (IDF), jumlah penderita DM di Indonesia pada tahun 2013 terdapat 8,5 juta orang, jumlah tersebut menempati urutan ke-7 terbesar di dunia. Penatalaksanaan DM tipe 2 secara umum bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Tujuan penatalaksanaan jangka pendek adalah  menghilangkan tanda dan gejala DM tipe 2, mempertahankan rasa nyaman, dan mencapai target pengendalian glukosa darah. Tujuan penatalaksanaan jangka panjang adalah  mencegah dan menghambat progresivitas komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler, dan  neuropati diabetik. Tujuan akhir dari penatalaksanaan DM tipe 2 adalah turunnya  morbiditas dan mortalitas DM tipe 2. Penatalaksanaan DM diatas dikenal dengan Pilar utama pengendalian DM yang terdiri dari perencanaan makan, latihan jasmani, obat berkhasiat hipoglikemik dan penyuluhan.
Keberhasilan pengendalian DM dapat diukur dengan pemeriksaan Glycosylated hemoglobin (HbA1c). HBA1c adalah pemeriksaan penunjang diabetes mellitus yang ditujukan untuk menilai  % kontrol glikemik seorang pasien. Nilai HbA1c yang baik adalah < 6,5 %. HBA1c dapat menggambarkan konsentrasi glukosa ambient rata-rata sejak 60 -90 hari sebelum pemeriksaan, sehingga dapat memberikan gambaran status DM secara lebih konsisten.
Kontrol DM yang buruk dapat mengakibatkan hiperglikemia dalam jangka panjang, yang memicu beberapa komplikasi yang serius. Banyaknya komplikasi yang mengiringi penyakit DM telah memberikan kontribusi terjadinya perubahan fisik, psikologis maupun sosial yang berakibat menurunnya produktivitas.

Penanganan diabetes mellitus yang tepat, berkelanjutan menjadi hal yang wajib dilakukan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis di salah satu rumah sakit di kab. Sintang ada beberapa faktor yang menjadi penentu keberhasilan pengendalian DM yaitu :

Edukasi Oleh Tenaga Kesehatan
Peran tenaga kesehatan sangat penting terutama untuk memotivasi dan membekali pasien dengan berbagai pengetahuan tentang DM tipe 2, sehingga penderita dapat dengan patuh dan dengan kemauannya sendiri mengelola penyakitnya. Dokter sebagai lini terdepan yang langsung berhadapan dengan pasien memang diharapkan dapat berperan lebih dari sekedar memberikan upaya kuratif, namun juga meningkatkan upaya kesehatan preventif dan promotif.
Berbagai metode edukasi perlu dilakukan agar hasil yang didapatkan maksimal. . Salah satu bentuk edukasi yang sangat spesifik digunakan dan terbukti efektif dalam memperbaiki hasil klinis dan kualitas hidup pasien DM tipe 2 adalah Diabetes Self Management Education (DSME). DSME merupakan suatu proses memberikan pengetahuan kepada pasien mengenai aplikasi strategi perawatan diri secara mandiri untuk mengoptimalkan kontrol metabolik, mencegah komplikasi, dan memperbaiki kualitas hidup pasien DM.
Materi yang perlu disampaikan meliputi :
a.    Pengetahuan dasar diabetes
b.    Pemantauan mandiri
c.    Sebab-sebab tingginya kadar gula darah
d.    Obat hipoglikemia oral
e.    Perencanaan makan
f.     Pemeliharaan kaki
g.    Kegiatan jasmani
h.    Pengaturan saat sedang sakit
i.      Komplikasi

Pengaturan Diet
Modifikasi gaya hidup merupakan bagian penting dari pengelolaan diabetes. Salah satu strategi utama pengelolaan DM adalah Terapi Nutrisi Media (TNM). TNM merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara total. Kunci keberhasilan TNM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim yaitu dokter, ahli gizi, petugas kesehan yang lain serta pasien dan keluarganya. tujuan TNM adalah meningkatkan kontrol kadar glukosa darah, profil lipid dan tekanan darah untuk mnegurangi resiko penyakit kardiovaskuler pada pasien DM tipe 2. TNM terbukti mengurangi Glycosylated hemoglobin (HBA1c) sebesar 1 % samapi 2% pada pasien dengan DM tipe 2.
Prinsip  pengaturan  makan  pada  penyandang  diabetes  hampir sama  dengan  anjuran  makan  untuk  masyarakat  umum  yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan  pentingnya  keteraturan  makan  dalam  hal  jadwal makan,  jenis, dan  jumlah  makanan,  terutama  pada  mereka  yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.

Olahraga
Dalam Perkeni (2011) disebutkan bahwa olahraga teratur dapat memperbaiki kendali glukosa darah, mempertahankan atau menurunkan berat badan, serta dapat meingkatkan kadar kolesterol HDL. Olahraga selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki kendali glukosa darah. Keadaan ini akan mengurangi risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan meningkatkan kualitas hidup diabetesi dengan meningkatnya kemampuan kerja dan juga memberikan keuntungan secara psikologis.
Hal yang perlu diperhatikan dalam aktivitas fisik/ olahrag ini adalah
a.      Jenis
Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, senam dan berenang. Selain jenis aerobik, latihan ketahanan seperti angkat besi juga terbukti memberikan dampak positif terhadap kendali gula darah, adipositas dan lipid. Bahkan kombinasi antara keduanya memebrikan hasil yang lebih baik dalam mengurangi nilai hemoglobin A1c sekitar 0,6%. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani dapat ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dapat dikurangi.
b.       Frekuensi
Frekuensi menunjukkan banyaknya latihan persatuan waktu dan untuk meningkatkan kebugaran fisik diperlukan latihan 3-5 kali perminggu yang dilakukan secara teratur.
c.      Intensitas
Intensitas yaitu kulaitas yang menunjukkan berat ringannya latihan. Intensitas latihan untuk daya tahan paru jantung sebesar 60-70%. Total Heart Rata (THR). THR dihitung menggunkan rumus 60% x (220-umur). Misalnya responden berusia 45 tahun maka denyut jantungnya harus dapat mencapai 105 kali permenit.
d.     Durasi
Waktu yang diperlukan setiap kali latihan utnuk meningkatkan kebugaran fisik adalah 30 - 60 menit yang didahului 3 – 5 menit pemanasan dan diakhiri 3 – 5 menit pendinginan. Adapun waktu yang diperlukan selama latihan yaitu 30 menit dengan waktu untuk pemanasan 5 menit dan pendinginan 5 menit sehingga latihan intinya 20 menit sampai responden mencapai THR.

Olahraga lebih dianjurkan pada pagi hari sebelum pukul 06.00 karena selain udara yang masih bersih juga suasana yang belum ramai sehingga membantu penderita lebih merasa nyaman dan tidak mengalami stress yang tinggi. Selian itu juga dapat dilakukan pada sore hari ketika sinar matahari tidak begitu terik.
Hal yang perlu diingat dalam latihan jasmani adalah jangan memulai olahraga sebelum makan, memaki sepatu yang pas, membawa bekal permen atau minuman manis yang dapat dimakan atau diminum jika sewaktu-waktu terasa pusing saat olaharaga (hipoglikemia) dan harus didampingi oleh orang yang tahu mengatasi serangan hipoglikemia. Penderita DM yang memulai olahraga tanpa makan akan berisiko terjadinga stravasi sel dengan cepat dan akan berdampak pada nekrosis sel.

Kepatuhan Minum Obat
Kepatuhan  pengobatan  didefinisikan  sebagai  seberapa  jauh prilaku  seseorang  dalam  hal  menggunakan  obat  sesuai  dengan nasehat  medis  atau  saran  kesehatan.  Kata  kepatuhan  sendiri mengindikasikan  model  pendekatan  medis  paternalistik  dimana pasien  harus  mengikuti  perintah  dokter  dan  mematuhi  petunjuk - petunjuk dokter. Kepatuhan pengobatan dapat dilihat dari cara minum obat sesuai dengan aturan yang diberikan dokter dan mematuhi anjuran dokter. Golongan obat, dosis dan lama kerja sudah ditentukan oleh dokter, sedangkan pasien tinggal mematuhi frekuensi minum per hari dan jadwal minum sebelum, sesudah atau bersama makanan.

DAFTAR PUSTAKA

  1. RI Kementerian Kesehatan . Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan ; Penyakit Tidak Menular: Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI; 2012. Available from: www.depkes.go.id/downloads/BULETIN%20PTM.pdf‎. (diakses pada 10 maret 2014) p. 1-2
  2. RI Kementerian Kesehatan. Petunjuk Tekhnis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes Mellitus. 3 ed: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; 2011. p. 5-6
  3. Soegondo Sidartawan. Patofisiologi Diabetes Mellitus. Dalam : Soegondo S, Soewondo P, Subekti I. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004. p. 33-40
  4. Federation International Diabetes. IDF Diabetes Atlas. Brussels, Belgium: International Diabetes Federation; 2013. Available from: http://www.idf.org/diabetesatlas. (diakses pada 10 maret 2014). p. 11-15
  5. Indonesia Perkumpulan Endokrinologi. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PB. PERKENI; 2011. p.22-58
  6. Cameron, Catherine. patient Complience : recognition of factors Involved and Suggestions For Promoting With Therapeutic Regimens. Journal Of Advanced Nursing. 1996;p.244-250.
  7. Smeltzer S.C& Bare, B. G. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth. 8 ed. Jakarta: EGC; 2001.
  8. Tuomilehto J, Linstrom J. Recent lifestyle trials in the prevention of type 2 diabetes. 2004.
  9. Karen Glanz, Barbara K. Rimer, France Marcus Lewis. Health Behavior and Health Education; Theory, Research and Practice. 3 rd ed. United State of America: Library of Congress Cataloging-in- Publication Data; 2002.
  10. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta; 2007.
  11. Basuki E. Konseling Medik : Kunci Menuju Kepatuhan Pasien. Majalah Kedokteran Indonesia. 2009;Vol. 59.
  12. Ilyas E I. Manfaat Latihan Jasmani bagi Penyandang Diabetes. Jakarta: FKUI; 2007.
  13. Slamet S. Diabetes Mellitus di Indonesia. . Jakarta: Departeman Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006.
  14. Tara E, Soetrisno E. Anda Perlu Tahu Diabetes. Jakarta: Ontimedia dan Ladang Pustaka; 2002.
  15. Rantucci, Melni J. Membantu Pasien Untuk memilki Ketaatan dan membuat Keputusan. Jakarta: EGC; 2009.